A Day In A Day

November 24, 2014 Dian Ratna Sari 0 Comments

Tisa, seorang perempuan biasa yang memiliki kepribadian cenderung tertutup, menyukai hal sederhana yang memiliki keserasian, sedang menatap cermin dan memandang kosong ke arah pantulannya. Ia sedang berfikir tentang ribuan pertanyaan dalam hatinya dan mengapa banyak sekali suara-suara di dalam kepalanya yang selalu bertanya 'kenapa'. Setiap hari Tisa melakukan kegiatan normalnya atau setidaknya kegiatan yang membuat dia terlihat normal seperti orang lain. Di hari-harinya dia mencoba menikmati segala proses meski akhir-akhir ini ia mulai kehilangan keyakinan untuk apa dia melakukan sesuatu dalam hidupnya. Tisa selalu memiliki ruang kosong dalam hatinya yang entah mengapa tak pernah rela ia biarkan terisi. Tisa merasa ruang kosong itu adalah alat yang akan menyelamatkannya ketika perasaan atau kepalanya terlalu penuh dengan hal yang bahkan tak pernah ia mengerti mengapa itu semua ada.

Tisa tidak mengerti mengapa manusia harus bergerak jika ingin berpindah, ia tak mengerti kenapa seseorang harus marah hanya agar orang lain mengerti bahwa dirinya sedang kesal, Tisa tidak mengerti mengapa semua terjadi, mengapa semua terfikirkan, mengapa semua ada. Tapi, Tisa tidak bisa menghindari bahwa ia memiliki kegemaran untuk mengagumi semesta dan Tisa biasa mengekspresikannya dengan membuat sebuah potret indah yang diikuti cerita tentang potret tersebut.

Pada suatu sore, saat kota dimana Tisa tinggal baru saja dibasahi hujan, Tisa mulai meresapi keberadaannya di pinggir jalan itu. Tisa mulai menikmati wangi tanah yang basah terkena hujan, melihat beberapa wajah tampak lesu dan menyiratkan bahwa mereka hanya rindu rumah, lebih dari apapun. Banyak hal telah terekam dibenak Tisa ketika Tisa diam dalam sejuknya suasana setelah hujan. Sejenak sebuah senyum menghampiri wajah Tisa, Tisa ragu untuk membalas tapi ia fikir apalah arti sebuah senyum untuk orang asing yang mungkin takkan pernah ia temui lagi, lalu Tisa membalas senyum itu. Tak ada hal lain yang lalu terjadi setelah pertukaran senyum itu, Tisa kembali diam dan menikmati diamnya.

Tisa selalu merasa ada 2 hal indah di bumi ini yang selalu dimiliki oleh setiap orang yang kadang kurang disadari, yaitu sebuah senyuman dan tatapan mata. Tisa seringkali mengagumi beberapa senyum manis yang dimiliki orang lain, Tisa merasa ketika seseorang tersenyum, di dalam senyumannya ada sebuah rasa nyaman dan menyenangkan yang mengikuti. Lalu pada tatapan mata, Tisa merasa seseorang diperhatikan tanpa harus melakukan sesuatu yang berlebihan yang kadang justru malah mengalihkan makna dari perhatian. Tisa selalu menyukai senyum terutama senyum yang berkembang ketika lelah atau susah sedang menghampiri seseorang, seperti sesuatu baik sedang ditularkan kepada orang lain. Tisa juga sangat menyukai tatapan mata seseorang ketika sedang berbincang, tapi lucunya, Tisa tidak pernah bisa benar-benar menatap mata seseorang lebih dari 10 detik ketika sedang berbincang dan terutama jika orang itu adalah seorang lelaki. Tisa selalu membatasi dirinya agar tidak terjebak lama di dalam tatap seseorang, karna Tisa tahu terjebak di dalamnya akan membuat perasaannya tak sama lagi.

Tisa memiliki banyak cerita dalam sebuah hari di dalam harinya, tapi Tisa tak tahu untuk apa ceritanya ada dan mengapa ia harus terus membuat cerita dalam hidupnya. Seringkali Tisa merefleksikan cerita hidupnya bagai sebuah film, hanya saja tangis dan tawanya terasa jauh lebih nyata dan tak ada pemeran pengganti yang bisa diandalkan. Tisa masih tak mengetahui apa yang sebenarnya ia lakukan disini, mengapa hidup diciptakan untuk seseorang, mengapa hidup harus dijalani dan banyak pertanyaan lain yang selalu timbul tenggelam dalam benaknya. Tisa hanya berusaha melakukan perbaikan dan hal baik dalam perjalanan hidupnya, berdoa agar apa yang sedang diusahakannya berada di jalan yang benar, menceritakan apa yang telah dilewatinya kepada mereka yang mau mendengarkan dan terus berharap mendapat jawaban atas pertanyaan dalam sebuah hari di dalam harinya.

0 komentar: