Bagaimana Kabarmu Teman?

Desember 30, 2017 Dian Ratna Sari 0 Comments


Teman,


gue merasakan kehadiran mereka sebagai bagian yang cukup penting dalam proses kehidupan gue. Berbagai macam jenis teman yang pernah gue temui: teman yang cuma gue kenal namanya, teman yang kebetulan satu kelas sama gue, dan teman yang memang peduli akan banyak hal di hidup gue.

Di luar seberapa dekat gue dengan mereka secara langsung, bisa mengetahui bagaimana keadaan mereka sekarang, bahkan hanya melalui sosial media menjadi salah satu pengetahuan yang ga jarang menghadirkan senyum kecil di bibir gue, misalnya kaya gini :) kecil kan?

Perasaan senang saat melihat teman gue satu per-satu mulai berani memasuki babak baru dalam hidup mereka. Teman-teman gue yang mulai berbagi banyak hal soal kehidupan yang mereka percaya, soal apa yang berhasil mereka dapetin, apa yang menjadi impian mereka dan usaha mereka untuk mendapatkannya, semua cerita mereka tentang keluarga kecil mereka, menjadi hal menarik dan menyenangkan untuk diketahui, pun ga semua cerita yang mereka bagi menyenangkan, setidaknya mengetahui mereka berhasil ngelewatin proses itu dengan cukup baik, ngejadiin cerita mereka tetap seru buat disimak.



Ga jarang gue pengen ngobrol langsung sama mereka, dan jangan kira gue ga nyoba, tapi setelah nyoba, gue harus puluhan kali reschedule sampai akhirnya kita bisa ketemu atau berakhir sebagai wacana aja. Yang terakhir itu lebih sering gue rasain.

Terlepas dari keinginan gue yang seringkali kebentur kenyataan soal bisa main bareng teman-teman semua, gue berdoa semoga kalian senantiasa berbahagia dengan setiap langkah dalam kehidupan kalian sekarang, hal-hal yang masih menjadi misteri di kehidupan kita semoga pada akhirnya memberikan pelajaran dan pengalaman yang ngasih nilai baik di hidup kita.

Terima kasih secara tidak langsung untuk kehadiran kalian semua, baik yang mengenal gue secara langsung atau yang ga tau sama sekali soal gue. Kalian sedikit banyak udah jadi inspirasi di hidup gue, dan mungkin seperti itulah seharusnya manusia memaknai kehidupan, saling menginspirasi. Terima kasih juga untuk hati baik kalian :)


(Tulisan ini ditulis saat mendengarkan lagu Tulus: Monokrom)

0 komentar:

Perlakuan Jarak

Oktober 25, 2017 Dian Ratna Sari 0 Comments



Aku setuju pada setiap pernyataan yang mengatakan ...
jarak bukan soal angka dalam Kilometer yang harus kita tempuh.
Jarak adalah tentang apa yang kita pilih untuk membatasi kita.

Dan jarak terjauh adalah,
saat kita memiliki kesempatan untuk dekat tapi malah memilih untuk menjauh.
Dan hening yang kita bagi, menjadi sandaran kita.
Lantas waktu membuat kita bias.


0 komentar:

Kita Tidak Lagi Bertepuk Sebelah Tangan

Oktober 17, 2017 Dian Ratna Sari 0 Comments


Ini, bukan tentang bersatunya sesuatu yang baru.
Ini tentang tangan kita yang merengkuh kecewa. 
Jauh dari gambaran keindahan, namun senantiasa mengajarkan bahwa,
dibalik kepahitan ada makna yang menunggu untuk ditemukan.

Kita tidak lagi bertepuk sebelah tangan, karena kita telah begitu banyak mengecewakan.
Lalu kita berusaha kembali merengkuh asa, meski mungkin tak utuh lagi.
Sebab tiap luka pasti meninggalkan bekas pada tuannya.
Untukku,
kamu bukan hanya sekedar objek menarik yang mengisi kekosongan atau sebagai pelipur lara.
Bagiku,
semua tentangmu adalah proses yang telah membentuk aku.


Tidak ada kata yang sanggup menahan kesedihan kita.

Tidak ada nyali yang ku miliki saat perpisahan adalah kemungkinan yang kamu tawarkan.

Tapi percayalah, 
aku memiliki keyakinan yang sama untuk masa depan kita, yang mungkin sukar untuk kamu pahami.

Semoga perbuatan saling mengecewakan ini berhenti.

Karna aku tidak ingin, kehilangan tangan yang sudah saling mengenggam.




0 komentar:

Resah ini Belum Akan Usai

Agustus 20, 2017 Dian Ratna Sari 0 Comments

Ini semua berasal dari keresahan aku tentang ketidakmampuanku menjadi apa yang kamu mau.

Katanya kalo sayang harus bisa menerima apa adanya? ya kalaupun berubah, harus untuk yang lebih baik. Terus, dimana batas yang harus bisa kita terima dari apa adanya kita? yang sekaligus bikin aku dan kamu sama kaya yang kita mau?



Perbedaan yang seringkali kita temui, entah besar atau kecil seringkali membuat resah. Harus ga sih soal ini selalu dipermasalahkan? Sementara resah yang aku rasa, ibarat luka yang sangat meminta untuk segera diobati.

Aku ga tau apa yang pasti bisa bikin kita bener-bener cocok, kalau salah satu dari kita berhenti melakukan apa yang kita mau? Emang sayang aja cukup? Emang sayang doang bisa bikin perasaan jadi lebih baik tiap kali ego kita terluka?

Akhirnya, aku dan keresahan ini mulai menimbang-nimbang tentang kebenaran apa yang bisa kita andalkan untuk bertahan?

Aku cuma pengen menyesuaikan resah ini dengan jawaban kamu yang mungkin ngasih jalan keluar. Tapi di sisi lain, aku ga mau kamu capek ngejawab semua keresahan aku yang ga jarang bikin kamu terluka juga.

Mungkin saat ini, diam dan ngebiarin semuanya berjalan gitu aja adalah yang paling baik. Sengganya, beban hidup kamu soal apa yang selalu jadi resah dan ribet aku jadi berkurang.

Kita liat aja, ini bakal ngebawa kita kemana.

0 komentar: