Konflik Menurut Pihak yang Bertentangan

November 01, 2012 Dian Ratna Sari 0 Comments


          Dalam kehidupan organisasi, konflik juga dapat dibedakan menurut pihak-pihak yang saling bertentangan. Atas dasar hal ini, kita mengenal lima jenis konflik:
1. Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih daripada kemampuannya.
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya konflik antar peranan (seperti manajer dan bawahan).
3. Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok.
5. Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga-harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.

Konflik Fungsional dan Peran – Salah
            Secara sederhana hakikat konflik yaitu fungsional atau berperan-salah berarti bahwa konflik mempunyai potensi bagi perbaikan atau penganggu pelaksanaan kegiatan organisasi tergantung pada bagaimana konflik tersebut dikelola. Sebagai contoh, para manajer dalam suatu perusahaan mungkin menghadapi konflik tentang cara anggaran tahunan dialokasikan di antara divisi-divisi mereka. Bila konflik ini ditangani secara tepat mungkin dapat mengarahkan penemuan cara pengalokasian baru yang menguntungkan bagi organisasi secara keseluruhan. Misal lebih banyak dana dapat dialokasikan kepada divisi-divisi dengan pasar yang sedang tumbuh pesat. (Dalam kasus seperti ini, para manajer yang menerima dana lebih sedikit daripada biasanya mungkin merasa bahwa konflik adalah disfungsional, tetapi, secara keseluruhan, organisasi akan mendapatkaan manfaat). Hasil-hasil fungsional lainnya dapat berupa (1) manajer menemukan cara penggunaan dana yang merka terima secara lebih efektif, (2) manajer menemukan suatu cara yang lebih baik untuk menekan pengeluaran atau (3) manajer memperbaiki satuan-satuan pelaksanaan kerja keseluruhan sehingga tersedia dana tambahan. Di samping itu, konflik juga mungkin berperansalah. Sebagai contoh, kooperasi (kerjasama) di antara para manajer terganggu, atau konflik membuat koordinasi kegiatan organisasi menjadi sulit.
        Lewis A Coser mengemukakan bahwa konflik mempunyai segi-segi positif. Berbagai segi positif konflik dapat diuraikan sebagai berikut:
1.    Konflik dalam:
·   Penggantian pimpinan yang lebih berwibawa, penuh ide baru dan semangat baru
· Perubahan tujuan organisasi yang lebih mencerminkan nilai-nilai yang disesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi
·     Pelembagaan konflik itu sendiri, artinya konflik disalurkan agar tidak merusak susunan atau struktur organisasi, dengan demikian konflik tidak dipadamkan tetapi dialirkan sesuai dengan kehendak anggota sehingga tercipta tata susunan baru peraturan permainan dalam organisasi.

2.    Konflik dengan organisasi lain mungkin dapat:
·         Lebih mempersatukan para anggota organisasi
·         Mendatangkan kehidupan baru di dalam hal tujuan serta nilai organisasi
·         Lebih menyadarkan para anggota terhadap strategi serta taktik lawan
·         Sebagai suatu lembaga pengawasan masyarakat.

                        Bagaimanapun juga, konflik merupakan suatu hal yang memakan pikiran, waktu, tenaga, dan lain-lain untuk menyelesaikannya. Kalau ini sering terjadi dan penyelesaiannya berlarut-larut akan memperlemah kedudukan pihak-pihak yang saling konflik dan organisasi sebagai keseluruhan. Pihak-pihak menjadi lemah dan lesu untuk melaksanakan tugas-tugas sampai konflik tersebut terselesaikan dan memuaskan semua pihak.



(Sumber: Sukanto Reksohadiprodjo & T. Hani Handoko.1992. Organisasi Perusahaan. BPFE. Yogyakarta)

0 komentar:

Jenis-Jenis Konflik

November 01, 2012 Dian Ratna Sari 0 Comments


JENIS – JENIS KONFLIK

Orang-orang mengelompokkan konflik ke dalam:
1. Konflik peranan terjadi di dalam diri seseorang (person-role conflict), dimana peraturan yang berlaku tak dapat diterima oleh seseorang sehingga orang itu memilih untuk tidak melaksanakan sesuatu sesuai dengan peraturan yang berlaku tersebut.
2. Konflik antar peranan (inter-role conflict), dimana orang menghadapi persoalan karena dia menjabat dua atau lebih fungsi yang saling bertentangan, misalnya saja anggota serikat pekerja yang juga pengawas atau mandor perusahaan.
3. Konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang (intersender object), misalnya saja dekan suatu fakultas harus memenuhi permintaan yang berlainan para ketua jurusan.
4. Konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan (intrasender conflict).
            Kelompok konflik pertama pada hakikatnya meminta kesadaran orang untuk mentaati peraturan yang ada atau memerlukan kesetiaan orang pada organisasi. Kelompok konflik kedua dapat dihindari dengan mendefinisikan kembali tugas yang terlebih dahulu telah dispesialisasikan dan dialokasikan pada seorang tertentu sehingga akibat negatif dwi-fungsi diminimumkan. Sedangkan kelompok konflik ketiga dapat dihindari dengan memperlakukan sama bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan. Akhirnya kelompok keempat dapat dihindari dengan sistem informasi yang lebih baik serta adanya buku pedoman atau petunjuk perusahaan.


(Sumber: Sukanto Reksohadiprodjo & T. Hani Handoko.1992. Organisasi Perusahaan. BPFE. Yogyakarta)

0 komentar:

Dinamika Konflik dalam Organisasi

November 01, 2012 Dian Ratna Sari 0 Comments


          Organisasi merupakan kumpulan individu yang memiliki keinginan atau kepentingan pribadi maka dalam lingkup kegiatannya sering menemui hambatan berupa perbedaan-perbedaan pendapat atau pola pikir. Perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam suatu interaksi masyarakat atau dalam organisasi sering menimbulkan konflik. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.



Dinamika Konflik Dalam Organisasi

            Apabila sistem komunikasi dan informasi tidak menemui sasarannya timbullah salah paham atau orang tidak saling mengerti. Selanjutnya hal ini akan menjadi salahsatu penyebab timbulnya konflik atau pertentangan dalam organisasi. Konflik biasanya juga timbul sebagai hasil adanya masalah-masalah hubungan pribadi (ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai pribadi karyawan dengan perilaku yang harus diperankan pada jabatannya, atau perbedaan persepsi) dan struktur organisasi (perebutan sumber daya-sumber daya yang terbatas, pertarungan antar departemen dan sebagainya).
            Suatu pemahaman akan konsep dan dinamika konflik telah menjadi bagian vital studi perilaku internasional. Konflik sering diartikan berbeda oleh orang yang berbeda pula dan dapat mencakup kerangka intensitas dari perbedaan pendapat ‘sepele’ sampai perang antar negara.
            Pada hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antar kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi. Atau dengan kata lain, konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Pertentangan kepentingan ini berbeda dalam intensitasnya tergantung pada sarana yang dipakai. Masing-masing ingin membela nilai-nilai yang telah mereka anggap benar, dan memaksa pihak lain untuk mengakui nilai-nilai tersebut baik secara halus maupun keras.


(Sumber: Sukanto Reksohadiprodjo & T. Hani Handoko.1992. Organisasi Perusahaan. BPFE. Yogyakarta)

0 komentar: