Surat Penutup

Februari 28, 2015 Dian Ratna Sari 2 Comments

Sebagaimana halnya aku tak mengerti bagaimana semua bermula, akupun tak tahu bagaimana sesuatu akan berakhir. Aku masih belum akan berhenti bicara cinta dan masih akan mencari bagaimana cinta akan bekerja di hidupku. Dalam surat penutup ini tidak banyak yang akan aku bicarakan, ini akan terdengar seperti basa-basi saja karna jujur selama 30 hari belakangan aku menikmati memutar otak merangkai kata untuk membicarakan cinta.

Untukku adalah menyenangkan ketika bisa merangkai kata lalu menumpahkan rasa dalam tulisan, tapi memang aku tak selalu bisa melakukannya, hanya sebuah kenikmatan sementara yang sengaja tak aku lakukan setiap waktu mengingat akupun menghargai batas. Kelak, ketika membaca ulang surat-suratku dalam #30HariMenulisSuratCinta ini, aku pasti akan tersenyum sendiri seperti biasa, seringkali aku tak menyangka bisa menyusun kata sedemikan rupa. Beberapa hal memang masih menjadi sesuatu yang tak ku sangka padahal sudah terjadi dan memberikan hasil.

Selalu ada suara-suara di kepalaku yang membuat aku ingin menuliskan semuanya, tapi setelah ku fikir tidak semua hal dalam pikiranku baik untuk dituliskan. Mengutip sebuah kalimat penulis favoritku, kira-kira seperti ini bunyinya "Jika ingin menjadi penulis ada 2 syarat utama, pertama, menulislah sampai kehabisan kata, kedua, jangan pernah kehabisan kata" aku mungkin tak bisa tak kehabisan kata, tapi aku yakin selalu ada hal yang bisa ku tuliskan terutama ketika hening mulai menggerayangiku. Ya, selagi menunggu hening, mungkin aku akan kembali meneruskan hobi membaca dan menonton atau sekedar mencari inspirasi dalam imaji dan keramahan semesta.

Setelah ini aku mungkin hanya akan menulis di 140 karakter dalam sebuah sosial media, seperti yang ku katakan sebelumnya, aku menghargai batas dan aku fikir akan lebih menantang jika bisa menulis dalam keadaan terbatas. Terima kasih #30HariMenulisSuratCinta karena telah menjadi bagian menyenangkan dalam acara liburanku, terima kasih karena telah menampung perspektif sederhana yang ku tuliskan dan ku bagi pada dunia yang mungkin bersifat maya ini, semoga di masa yang akan datang aku memiliki keinginan dan kesempatan untuk menulis denganmu lagi.

2 komentar:

Dendam Kekasih

Februari 27, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Apa yang ada di balik ekor matamu kekasih, endapan masa bodoh atas khianat yang pernah menyapamu. Kamu telah tak sudi menyebut namanya. Kamu telah mengubur sangat dalam ingatan yang apabila kembali hanya akan buatmu meradang. Kamu akan sekuat tenaga menghindari ajakan waktu untuk sekedar mengenang. Kamu lebih suka berlari mengumpulkan peluh untuk menghindar daripada harus bergumul air mata disiksa kenangan manis, yang mati dihujam ribuan mata pisau dusta.

Sangat kejam kekasih, setitik rasa yang kau kumpulkan dalam detik bernafaskan cinta, kini berubah menjadi kepura-puraan dihiasi senyum sengit. Tak ada lagi alasan yang bisa membuatmu lebih baik, betapa romantisme kian padam lalu cerita berubah menjadi horror mengerikan.

Tabahlah kekasih, jangan dulu membenci cinta dan membiarkan dia hina hanya karna sebuah masa kelam. Cinta adalah sebuah kekekalan yang tak bisa musnah hanya berubah bentuk.

0 komentar:

Ada Surat Datang

Februari 26, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Ini sedikit kesan dan pesan untuk suratmu pada : https://frydnt.wordpress.com/2015/02/16/pria-seperti-apa/

Hey, saat membaca suratmu ini, aku seperti mendengar suara hatimu bicara, pun di surat-suratmu yang lain. Aku menyukai bagaimana kamu melihat detail apa yang sedang kamu rasa, dan saat mereka kamu bingkai dalam kata. Entah apa yang sejatinya telah kamu lewati, kamu tetap menatap indah dengan keindahan walaupun ada luka yang mengitarinya.

Pria sepertimu, bolehkah ku tebak ? setidaknya kamu adalah pria yang mampu dan mau berusaha menghargai sebuah kenyataan dalam jalan-jalannya yang baik. Semoga tebakanku tak meleset jauh ya, aku memang hanya memahami lewat tulisanmu saja. Tapi ada kesamaan dalam tulisanmu yang membentuk sebuah untaian benang merah.

Semoga pria sepertimu menjadi muara untuk perempuan yang meski tak lebih indah dari yang pernah kau temui, tapi bisa memberi arti jauh lebih baik. Semoga pria sepertimu, kelak hidup dalam anugerah menyayangi diimbangi kemampuan saling menginspirasi, agar waktu-waktu yang akan kalian lewati memiliki rekam jejak seunik prasasti.

0 komentar:

Surat Untuk Langit

Februari 25, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Hai langit, apa kabarmu hari ini ? Ku dengar banyak hal hebat berasal dari kamu. Bidadari katanya jatuh dari langit ? Apakah kamu menjatuhkan mereka ? Jika ya, mengapa ? Lalu apakah benar, mereka yang pergi meninggalkan dunia ini berada di dalammu ?

Langit, lelahkah kamu menggendong semesta ? semoga tidak, karna kami masih butuh kamu langit sebagai tempat kami meyakini bahwa hal-hal hebat ada di balik kamu. Mereka bilang aku harus menggapai cita-citaku sampai setinggi kamu, adakah batas ketinggianmu bisa ku capai ?

Oia langit, aku menyukai awan-awan lucu yang menjadi teman terdekatmu, apakah mereka selucu yang aku lihat dari bawah sini ? bolehkah nanti aku memeluk mereka jika sudah tak lagi kudapatkan izin Tuhan menapakkan kaki di tanah? seringkali aku membayangkan awanmu tempat tidur raksasa yang mengizinkan kami melepas penat, karna dunia di bawahmu berisi banyak sekali hal jahat dan membosankan.

Langit, dinamikamu adalah kanvas terbaik milik Tuhan yang berisi abstrak keindahan. Dimana aku akhirnya mengetahui bahwa hebatnya hal-hal dibalik kamu membuat manusia sepertiku selalu meyakini, Tuhan takkan pernah kehabisan indah. Apa yang Tuhan titipkan di balik kamu langit, adalah perumpamaan perjuangan oleh manusia yang harusnya membuat kami berhenti merasa selangit sementara kami hanya sesuatu yang berasal dan akan kembali ke tanah.

0 komentar:

Ada Kamu di Semesta Kecilku

Februari 24, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Ada jalan setapak yang udaranya dipenuhi wajahmu, pada jalan itu pelukan kita mulai mematikan tiap rasa yang ingin membuncah, ketika rindu tidak lagi saling jamah. Setelah kepergianmu sayang, setiap hal datang dari arah mata angin tak terdefinisi kompas dan pergi bersembunyi dari deteksi radar. Tempat yang berisi keramaian sekalipun hanya terasa samar untukku. Patah hatiku kali ini yang paling parah. Kamu dan pilihanku membawa perjalanan ini terkurung penuh resiko.

Itukah kamu, buah dari benih yang aku tuai ? Buah yang tak hanya sekedar bagian dari 4 Sehat tapi juga 5 Sempurna. Seberapapun aku dimatikan hampa, segala yang sudah terjadi adalah hal yang harus aku urusi tanpa memupuk penyesalan. Dan kamu, sedang menunggu ranum untuk dipetik, sementara aku mencoba mengakar pada tanah basah, berharap sinar matahari membantuku menguatkan.

Apalagi yang harus aku bagikan ? Sejenak setelah kamu yang aku tahu sehari hanya terdiri dari 24 jam, tanpa memperdulikan lagi apa yang telah terlewati selama itu. Inikah aku sayang ? yang sedang tak lagi memperhatikan detak pada jarum jam, membiarkan semuanya berlalu seperti waktu yang membiasakan. Aku sedang berhenti membayangkan apa yang mungkin ada di depan sana. Waktu kejam sayang, ia pun hanya datang dan pergi tak peduli seberapa inginnya aku agar ia mengerti tentang rasa.

Ini bukan tulisan yang bisa menggugah hatimu, tidak juga membuat hatiku lebih baik. Semua sudah terjadi, kini hidupku hanya melewati segala waktu dengan sekedarnya. Sekedar bersyukur, sekedar merindu dan sekedar menulisimu lewat siratan kata. Apakah aku bahagia ? Iya sayang, sebab bagaimanapun dirimu, kita adalah akhir pustaka yang bersumber dari tawa.

Perhatikan alur cerita ini sayang, ada kamu di semesta kecilku.


0 komentar:

Sugar, yes you

Februari 22, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Hai manis, iya kamu, kamu lelaki manis tempat senyum manis berpulang. Berbahagialah perempuan yang sekarang berada disampingmu, ia tak perlu lagi khawatir memiliki hari-hari yang pahit tiap kali bisa berpuas diri menikmati manis bersamamu.

Kamu ingat, kitapun pernah juga memiliki kisah manis, memang belum bisa sampai menyaingi manismu tapi aku akui segala hal manis darimu tak terpungkiri dan sampai sekarang belum tertandingi.

Manis, kali ini aku tak mau memberi kesemogaan untukmu, aku masih ingin dibubuhi olehmu pada bagian tawarnya hati, jadi aku akan tetap disini menyimak dengan seksama tiap manis yang sedang kau bagi pada semesta.

Jangan khawatir manis, akan kupastikan semua mata mengingat betapa manisnya kamu lewat tulisan ini. Dan jangan berusaha untuk lebih manis lagi, manismu sudah cukup membuat sesuatu terlengkapi dan terasa tepat.

0 komentar:

Harap Maklum

Februari 22, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Bagai kemarau menahun dibayar hujan sehari, seperti itulah kehadiranmu kekasih. Aku pikir Tuhan merepresentasikan kamu sebagai hujan, penghapus kemarau dalam kisah kasihku.

Kekasih, aku tak bisa mencukupi waktumu yang berharga dengan senyum seterusnya, harap maklum karna sudah lama aku tak tahu bagaimana harus bertahan hanya dengan tersenyum.

Kekasih, telah banyak hal kulewati sebelum akhirnya aku bertemu denganmu, sudah banyak sakit yang kurasa sampai membuatku tak kuasa mengajakmu selalu dalam bahagia, aku tak cukup tahu bagaimana baik yang bisa membuatmu bertahan dalam bahagiaku yang terdiri dari kesederhanaan.

Kekasih, terima kasih atas pemaklumanmu, semoga indahmu tak pudar hanya karna aku tak tahu apa yang sedang ku perbuat. Hanya karna aku tak tahu bagaimana memperbaiki yang rusak.

Kekasih, sayangku adalah tetap untukmu, harap maklum atas kekakuanku, aku sudah lama bergeming dari cinta dan sekutunya.

0 komentar:

Lepaskanlah Cinta dari Drama yang Menyesatkan

Februari 21, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Aku menulis tentang ini karena telah terlebih dahulu tersesat. Aku pernah berada di masa ketika merasa menjadi yang paling tau, kemudian saat ini aku setuju pada pernyataan bahwa percaya diri tumbuh lebih cepat dari pengetahuan, ketika sudah tau sedikit aku merasa tau segalanya, segala hal tentang cinta.

Untuk kamu yang pernah aku cintai saat jalan pikiranku sesat, maafkanlah aku. Aku sangat ingat, saat menjagamu terlalu berlebihan, berusaha menunjukkan bahwa kamu adalah kesayanganku dengan cara yang tak masuk akal, tapi kamu tetap disini bersamaku, tetap mengenggam tanganku kemudian memelukku. Ah, aku merindukan pelukmu yang konyol itu, seingatku pelukanmu selalu konyol tetapi tetap menenangkan.

Aku menyeretmu dalam drama menyesatkan. Kita berdua memainkan peran, berusaha menyamakan paham dalam sebuah dialog yang jelas berbeda, dan berusaha membuat akhir kisah yang kita mau tanpa bahasan berarti. Aku membawa kita ke dalam drama menyesatkan, sesat karna aku memainkan peranku dengan skenario cinta yang menyakitimu.

Kini aku melepasmu dan drama cinta yang menyesatkan. Kini aku hanya sebuah monolog yang merindukan dialog panjang. Kini aku membenci drama cinta yang menyesatkan, yang pernah membuat kita saling menyayangi lalu perlahan memudar pergi.

0 komentar:

Kompilasi Cinta

Februari 20, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Semua rasa yang ikut serta dalam kehadiran cinta membentuk sebuah kompilasi, aku menyebutnya kompilasi cinta. Ada marah, rindu, dan kecewa, setidaknya 3 perasaan ini yang mendominasi.

Menurutku ada sebuah siklus aneh yang memang terjadi secara nyata, saat seseorang percaya dia sedang terlibat dalam cinta, maka dominasi perasaan yang mengikuti proses mencintai tak akan terasa kehadirannya, semua akan berpulang kembali pada cinta. Aku rasa cinta adalah apresiasi tertinggi dalam sebuah rasa.

Tapi jika seseorang sampai menyakiti secara fisik pada dirinya dan atau orang lain sambil mengatasnamakan cinta, aku rasa cintanya salah terdefinisi. Cinta seringkali menghasilkan sakit tapi jangan jadikan alasan cinta untuk menyakiti dan menjadi sebuah penyakit.

Kompilasi cinta membuat cinta terlengkapi, karna setiap rasa lain yang mengiringi cinta meskipun kadang jadi yang paling tak terlihat tapi telah menjadikan seseorang mengerti, bagaimana berproses dalam cinta dengan cara yang baik. Maka cinta adalah rasa tertinggi pada hirarki kompilasi cinta tetapi jangan lupa menggunakan akal agar tak salah menilai perasaan lain yang ikut tercampur dalam cinta, yang semestinya tak ada dan ketika keberadaannya hanya merusak.

0 komentar:

Seandainya Aku Disana

Februari 19, 2015 Dian Ratna Sari 1 Comments

Hai bosse, terima kasih atas undangan ramah tamahnya, terima kasih juga atas waktu yang kamu sediakan agar kami, terutama para pembuat surat cinta dapat saling bertatap muka. Sayang sekali aku tak bisa menghadiri undanganmu yang sudah kubayangkan pasti menyenangkan, betapa tidak, bertemu dengan orang-orang baru termasuk salah satu kegiatan dalam kehidupan yang menjadi favoritku.

Karna kamu memperbolehkan yang tidak hadir berandai-andai, maka jika aku bisa datang dalam undanganmu ada beberapa hal yang pasti kupersiapkan terlebih dahulu. Pertama, aku akan memilih penampilan terbaik yang cocok untukku, karna aku percaya penampilan adalah hal yang pertama kali dinilai oleh orang lain dan penampilan yang aku maksud bukanlah keadaan fisik, jadi aku rasa mengatur tatanan gaya oke, tetapi merubah bentuk tidak penting.
Lalu aku akan menyiapkan nyali untuk sekedar tersenyum, bila seseorang membalas senyumku dan menyapaku dengan baik, maka kita bisa lanjut ngobrol bersama, mungkin sampai seharian seandainya teman ngobrolku orang yang asyik dan dia punya banyak waktu.

Jika teman mengobrolku lebih dari satu, kemudian kami bisa saling bercanda satu sama lain, bukankah itu terdengar menyenangkan bosse ? Atau aku menemui teman ngobrol yang memiliki senyum manis dan tatapan yang teduh lalu kami hanya mengobrol perihal kesederhanaan dalam hidup yang memiliki makna tidak biasa, ah ini terdengar seperti kencan mini yang romantis.
Tapi sebenernya aku tidak memiliki bakat berkomunikasi yang baik bosse, menulis adalah caraku menutupi kekurangan itu, aku rasa jika ada hal yang tidak bisa aku bicarakan aku akan mencari cara untuk menuliskan maksud yang ingin ku sampaikan, ya seingatku pernah serumit itu.

Semoga acara pertemuan yang kamu buat akan seindah dan sebaik yang kamu rencanakan ya bosse, semoga kelak kita bertemu di suatu kesempatan yang juga indah. Sampaikan salam terima kasihku pada semua pengantar surat-suratmu, semoga cinta yang baik senantiasa mengelilingi mereka.

1 komentar:

Aksara Serupamu

Februari 18, 2015 Dian Ratna Sari 1 Comments

Pertama, aku ingin menyampaikan rasa bahagiaku pada Tuhan karna menciptakan pagi, siang, sore dan malam hanya satu dalam sehari. Membuatku menyadari bahwa hariku tak bisa dinilai membosankan karna Tuhan merancang hariku dengan latar waktu yang berbeda dalam satu kali kesempatan.

Begitupun kamu, kepadamulah cinta dijatuhkan Tuhan di hatiku. Tepat di kerapuhan hatiku, Tuhan mencoba meletakkan cinta yang layak. Lalu Tuhan hanya menciptakan satu cinta dengan cara yang sama, maka inilah sepotong cerita tentang sebuah cinta.

Saat jatuh cinta kepadamu, nyanyian malaikat terdengar lembut membangunkanku dari kesedihan yang aku nina bobokan sendiri. Harum tubuhmu adalah kebiasaan yang terekam baik di tempat penyimpanan paling lekat di hati. Saat melewati waktu bersamamu, aliran darahku berdesir seirama dengan debar jantungku, mengajakku terbuai dalam kegiatan tukar menukar senyum termanis di dunia. Saat memelukmu, ada keinginan yang ku kuasakan pada Tuhan agar kamu menjadi sebuah ketetapan hati.

Inilah kamu dalam aksaraku. Aksara serupamu yang terangkai dalam bait sederhana. Ku lakukan sebuah usaha tebar pesona dari perasaan cintaku padamu hanya lewat kata, sementara indahmu adalah yang paling mutlak adanya. Pujaan hatiku, inilah aksara serupamu, memujamu terasa lebih nyata saat ku tuangkan dalam keserasian aksara.

1 komentar:

Kepada 2 Lengkung

Februari 17, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Berfungsi untuk melindungi, kamulah 2 lengkung yang membuatku merasa bercermin seperti jatuh cinta. Kamu terletak jauh dari jarak pandangku kecuali aku bersama alat yang merefleksikan bayanganku. Kamu terbentuk dengan alur yang serasi tak pernah membuatku merasa basi.

2 lengkung di atas mataku, kepada kamulah aku tersenyum bersyukur, walau helaian darimu hanya berupa kesederhanaan. Kepada 2 lengkung di atas mataku, terima kasih karena juga mendampingi lengkung pada senyumku dan terima kasih karena menemaniku mengukir tiap beda dalam sebuah ekspresi.

0 komentar:

Kamu Bukan Pecahan

Februari 16, 2015 Dian Ratna Sari 2 Comments

Aku akui kehadiranmu sesaat, di tengah aku dan dia yang telah lebih dulu membagi kisah bersama, tapi tidak, kamu bukan pecahan atau sesuatu yang membuat aku dan dia pecah, lalu berpisah. Kamu juga spesial, memberikan dengan tulus banyak bahagia. Bahagia yang awalnya hanya berani ku gambarkan dalam imajinasi konyol.

Aku memahami semua harap yang kau tawarkan lewat berbagai sirat dari binar matamu. Kamu bukan pecahan, akulah yang sudah memecahkan semua harapmu. Hatikupun sudah rusak sejak pertama aku berada dalam sebuah kebimbangan yang tak henti menganggu tidurku.

Akulah pembilang dan penyebut. Aku bilang sayang sambil menyebut nama kalian berdua, kemudian tercipta sebuah pembagi diantara kita. Bukan, bukan kamu yang pecahan. Kamu adalah nilai yang pernah mengisi aku. Pergilah menjadi hasil akhir untuk perempuan lain, aku benar menyudahimu, aku hanya ingin kamu benar menyudahiku karena akulah pecahan itu.

Ketahuilah, sebagai pecahan tak bisa aku merasa memiliki perasaan utuh yang hanya untukmu. Maafkan aku.

2 komentar:

Transformasi Peluh Ke Senyum

Februari 15, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Teruntuk kedua orang tuaku tercinta. Apa yang sudah kalian hadiahkan kepadaku adalah sebuah proses perjuangan kalian dalam suka dan duka di setiap waktu. Aku seperti sama sekali tak memiliki kata yang pantas untuk mengatakan cinta kepada kalian. Memang benar sampai kapanpun takkan bisa aku membalas segala yang sudah kalian beri, rasa kasih sayang, contoh kesabaran hati, perilaku yang patut ditiru serta hal lain yang membentuk lakuku dan menjadi inspirasiku.

Tapi izinkanlah aku menukar peluh kalian dengan senyum kebanggaan. Tuhan, berilah aku kesempatan untuk mengukir senyum di wajah kedua orang tuaku yang sudah mulai digarisi keriput, berilah aku kekuatan untuk tidak menyerah seperti mereka yang aku tau takkan menyerah untuk membahagiakan kami anak-anaknya.

Ma, Pa, peluh kalian pasti akan tergantikan dengan senyum yang paling aku nantikan selama hidup, yaitu senyum kebanggaan. Dukunglah aku dengan doa-doamu yang memudahkan jalanku. Jangan berputus asa padaku ya Ma, Pa.

0 komentar:

Pertanyaan Dalam Pernyataan

Februari 14, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Hari ini beberapa orang saling bertukar pesona dalam usaha menyayangi. Menyayangi di hari kasih sayang, sespesial itukah hari ini ? Aku menyayangimu setiap hari dan kamu spesial selalu.

Tapi tunggu, aku menyayangimu, kah ? Ada pertanyaan dalam pernyataan. Keadaan ini adalah perasaan yang sengaja ku biaskan. Aku menyatakan diikuti oleh tanya, tanya yang datang seraya ragu, ragu karena aku berfikir, pentingkah kamu mengetahui segala kerumitan ini ?

Bukan hal yang besar untukku jika memang kita tidak sepaham rasa, aku hanya bisa tetap menyayangimu dengan caraku. Bila kaupun kini mengetahui, tersenyum saja ya, senyum adalah sebaik-baiknya jawaban untukku.

Aku menyayangimu, kah ?
Pernyataannya untukmu, pertanyaannya untukku. Jadi sekarang pernyataan aku menyayangimu sudah jelas milik kamu, maka pertanyaannya dibuat untuk menutupi egoku saja.

Aku hanya ingin tetap menyayangimu dan biar ini menjadi urusanku, urusanmu adalah tetap menjadi kamu dan jangan berubah kecuali itu untuk hal yang baik.

Aku bukan tak ingin menghasilkan sesuatu dari pernyataanku, tapi memaksa bukan bagian dari caraku menyayangimu. Kamu akan cukup mudah mengetahui seperti apa aku menyayangimu, itu akan semudah melihat warna merah muda di hari kasih sayang.

Demikian pernyataan ini aku buat sambil bertanya-tanya, semoga kamu lekas senyum saat membacanya dan seandainya segala penjelasan ini bisa ku rangkum tanpa mengurangi apa yang ingin ku sampaikan~

0 komentar:

Aku Gak Bisa Gombal

Februari 13, 2015 Dian Ratna Sari 1 Comments

Kamu tau aku gak bisa gombal ? Kalau aku bilang kamu adalah himpunan hal yang spesial ada baiknya kamu percaya, karna aku gak bisa gombal. Mata kamu, senyum kamu, marah kamu adalah komponen dari kamu yang menggugah rasaku.

Tergugah rasaku karna entah mengapa segala sesuatu yang datangnya dari kamu dan setiap hal yang membicarakan tentang kamu membuat perasaan aku lebih hidup. Ingat, aku gak bisa gombal. Aku sedang tidak berusaha membuatmu percaya, jika kamu tidak mau, aku tak memaksa, aku hanya sedang berbicara jujur tentang kamu.

Kamu spesial dan menjadi keriangan di relung hatiku, mungkin kamu tidak menyadari. Aku tidak memiliki alasan lain untuk mengagumi kamu karna kamu sudah cukup spesial. Kamu spesial dan aku gak bisa gombal, hanya itu.

1 komentar:

Berhias Kiasan

Februari 12, 2015 Dian Ratna Sari 2 Comments

Banyak orang mengibaratkan hati sebagai tungku dari perasaan, itu hanya kiasan. Hati adalah bagian organ tubuh yang menawar racun. Apa yang ditawarkan racun ? Sesuatu yang semanis madukah ?

Hati berhias kiasan. Memabukkan setiap insan yang berhasil menggunakan hati sebagai alasan untuk mencintai, teringatkah kamu akan kemampuan otak dan akal ? Bagian tubuh yang sering luput dari hias kiasan. Padahal otak merupakan inti dari tubuh manusia, pun hati semestinya dikendalikan otak.

Perasaan dan hati, aku sedang menyesapinya perlahan dengan kemampuan otakku. Berusaha mencerna dengan baik mengapa paradigma hati yang diberi hias kiasan bisa begitu indah, apakah benar datangnya dari hati, atau sebuah perasaan yang tercipta dari hasil perekaman rasa oleh otak ?

Setelah aku berhenti dalam diam, aku rasa tak pantas aku bertanya dari mana semua ini berasal, Tuhan memang menciptakan asa dalam rasa agar manusia tak berat sebelah, hanya mengutamakan perasaan tanpa akal. Semoga pembaca tulisan ini semakin mengerti bahwa sangat penting segala sesuatunya didampingi dengan sebuah pengendali agar tak berlebihan.

2 komentar:

Sang Peniru

Februari 10, 2015 Dian Ratna Sari 2 Comments

Aku dan refleksiku saling berdialog di depan cermin, membahas apa yang patut dan tidak. Aku dan ingatanku mengevaluasi apa yang telah aku lakukan dan dampak darinya.

Satu titik aku menyadari, aku adalah sang peniru. Aku meniru apa yang mereka lakukan, mereka yang aku sebut sumber inspirasiku. Aku mengambil beberapa bagian dari mereka untuk aku satukan menjadi aku.

Aku bukanlah sang pencipta, aku tak bisa menjadi sang penemu, aku hanyalah sang peniru. Ku gunakan sebagian nurani untuk mengingat bahwa sang peniru hanyalah hampa yang tertutupi oleh kumpulan tindakan orang lain, sehingga aku tak akan pernah punya kuasa untuk mengakui.

Aku sang peniru, berpura-pura mencari jati diri. Akankah kutemui apa yang ku cari dengan cara ini ? Masih saja ku sertai semoga dalam tulisan ini, entah kepada siapa akan menuju, dan apakah akan kutemui sebuah balasan pada akhirnya.

Maafkan aku diriku, tapi menjadi sang peniru adalah keahlianku, apabila ini sebuah kesalahan, jangan pergi dulu, aku masih membutuhkanmu untuk sekedar mengisi predikat yang akan menjadi kosong.

2 komentar:

Nona-nona Periang

Februari 09, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Mari ku perkenalkan pada kalian, Nona-nona periang yang ada di sekitarku. Mereka berwarna-warni, mereka menginspirasi, mereka hebat, dan mereka berada di sekitarku.

Nona-nona periang menebar tawa seperti dandelion, lembut, terpisah tapi tetap menyiratkan sesuatu yang utuh. Mereka adalah mesin imajinasi yang dibungkus dengan akhir haha-hihi. Mereka periang yang meski tak selalu tapi senantiasa riang.

Untuk kalian Nona-nona Periang, janganlah lupa menjadi riang untuk kamu sendiri, maka sekitarmu akan bersama dalam kerianganmu.

Bagiku, menjadi periang bukanlah hal yang sangat istimewa, tapi jika kita bisa menjadinya, maka lewat kesederhanaan paling tidak kita bisa menjadi alasan terciptanya sebuah tawa.

Nona-nona periang, mari kita bersulang dan menikmati keriangan ini sampai tua nanti.

0 komentar:

Tuan-tuan Sementara Waktu

Februari 08, 2015 Dian Ratna Sari 2 Comments

Semesta menyediakan banyak cerita untuk dipilih. Cerita yang dimulai juga dengan pilihan, bagaimana jika aku bertahan dan bagaimana jika dilepaskan.

Mereka datang dengan sebuah keingintahuan, beberapa hanya bersikap baik sebagai wujud bahasa basi. Mereka membagi cerita, mereka membuat tertawa, mereka menyemangati, mereka indah tapi mereka adalah sementara waktu.

Sementara waktu mereka hadir, aku bahagia, sementara waktu mereka pergi, aku sedih lalu belajar. Belajar dalam memaknai apa yang baik dan berguna di tiap sementara waktu itu. Sementara waktu masih menjagaku dalam lingkaran yang sama.

Teruntuk kalian Tuan-tuan sementara waktu, terima kasih atas waktu kalian yang hanya sementara. Aku harap kalian bisa tetap mengenalku walau mungkin ingatan kalian tentangku hanya untuk sementara. Ketahuilah wahai Tuan-tuan sementara waktu, kalian telah memberi banyak kesan di hatiku. Sementara waktu berjalan membinasakan semuanya dalam suatu kelak.

2 komentar:

Lembar Skripsi

Februari 07, 2015 Dian Ratna Sari 1 Comments

Pernah aku membayangkan bagaimana rasanya berada di titik ini. Membuat sebuah susunan pemikiran logis yang dibuat berdasarkan fakta melalui bimbingan seorang ahli. Sebuah proses perjuangan ketika harus bangkit dari kesalahan dan berusaha melawan segala bentuk rasa negatif agar aku punya daya untuk memperbaiki.

Sesederhana lembar skripsi yang akan ku buat, ada beberapa pelajaran hidup menarik yang tak mungkin semudah itu untuk tak ku anggap menarik.

Kepadamu, lembar skripsi yang akan kutulisi dengan segala struktur sistematis, berilah aku hasil akhir yang baik dan bermanfaat agar waktu dan tenaga yang tercurah khusus untukmu melahirkan pengetahuan baru untuk banyak orang.

Dan dari segala kesungguhan ini, membuat aku teringat tentang pola bagaimana harusnya kita saling mencintai :)

1 komentar:

Semoga Kamu Juga

Februari 06, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Hari ini saat harap kita dimulai dengan melakukan sebuah perpindahan gerak, seperti ada sesuatu yang tertinggal pada detak di jarum jam. Sebuah hening menyeruak pada sebuah ingatan tentang kebiasaan lama yang membuat kita pernah tidak biasa. Sebuah kesejenakkan langka yang kini hadir sebagai sebuah resah tak terpungkiri.

Entah apa yang membuat banyak orang mendoakan sebuah kebaikan sebelum berpisah. Aku termasuk yang membenci itu, bisakah kita hanya pergi tanpa kamu mendoakan agar aku menemukan yang lebih baik ? Sebuah benci yang masih dibalut harap adalah alasan yang kurasa tepat.

Aku akan mengerti jika kamu tak menginginkan kehadiranku lagi, aku akan pergi dan jika doamu tetap terucap, maka akan ku balas doamu dalam kalimat SEMOGA KAMU JUGA. Semoga kamu mendapat tujuan dalam kebaikan atas keinginanmu terhadap kepergianku. Percayalah, aku tidak butuh seseorang yang lebih baik dari kamu, aku hanya mau kamu sebagai kebutuhanku yang utuh.

Semoga kamu juga menjadi sesuatu yang terdiri dari kesemogaan baik orang lain dan tak membenci doa baik yang diharapkan padamu lalu menganggapnya sebagai sebuah pesan bahwa "sudahlah, aku tidak menginginkan keberadaanmu di hidupku".

0 komentar:

Dari Batas

Februari 05, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

"surat ini ditulis diiringi lagu payung teduh - kucari kamu"

Aku sedang tidak membicarakan kedalaman hati. Aku sedang menerawang di tengah kabut, menerka ada apa dibalik mimpi dan nyata.

Batas. Sesuatu dalam jarak yang menjarakki. Batas mengajariku memilah mana yang perlu dan tidak. Batas memiliki keindahan karena mengajari dan mempermainkan disaat yang bersamaan.

Cinta dalam batas membuatku merasa spesial, karena dari batas aku memandang cinta dalam perspektif yang logis. Cinta dengan keterbatasan adalah sempurna yang terkendali, maka berbahagialah saat cinta dan batas bergandengan bersama tak kenal lelah.

Terima kasih batas, karena kehadiranmu sesak bukan lagi alasan untuk takut.

0 komentar:

Sebuah Langkah Menujumu

Februari 04, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Adalah kamu, keindahan yang ternyata tak memiliki jarak berarti. Di suatu sore yang tak pernah ku sangkakan, ku kumpulkan nyali untuk bertemu denganmu. Kita menyapa, bertukar senyum dan berjabat tangan seraya mengucapkan nama, nama kita yang ternyata sama.

Aku ingat, sore itu baru selesai diguyur hujan, suasananya sejuk dan kamupun ramah. Aku ingat sejak setelah itu kita berbagi lelucon hangat dan tawa kita melebur tanpa batas. Aku ingat, kamu adalah kamu yang pada usahamu hanya inginkan bahagiaku tapi aku hanyalah perempuan yang tak bisa merasa cukup.

Pertemuanku denganmu takkan terulang, terlalu banyak rasa yang terlahir dari sebuah langkah yang menujumu. Hingga sebuah pilihan menyadarkanku, membuat tiap pertemuan menyenangkan kita berakhir menjadi pertemuan yang terdiri dari basa-basi. Pertemuan dan kehilangan kita membuat banyak perbedaan. Semoga dari perbedaan ini aku dan kamu kembali menemukan langkah baru yang mendewasakan.

Langkahku menujumu, pada awal dan akhir akan selalu ku ingat, bahwa tak ada kesia-siaan atas setiap langkah kaki dan perasaan hati yang tertuju untukmu. Semoga di langkah lain kamu menyadari, pernah ada sebuah langkah menujumu yang tak pernah menyesali jejaknya. Inilah sebuah masa yang aku nobatkan sebagai "For The First Time In Forever".

0 komentar:

Menyapamu Dari Hati

Februari 02, 2015 Dian Ratna Sari 2 Comments

Hai, tertahan lagi kata sederhana itu. Ada debar yang terlalu hebat mengekang pita suaraku. Hanya menyapa dan aku tak kuasa. Saat ini aku hanya berharap suara hati akan lebih keras dari suara dalam frekuensi infrasonik, agar lebih mudah untukku menyapamu.

Kadang memang aku merasa konyol atas segala debar dan khayal untuk sekedar berbicara dengannya. Aku pernah memiliki kesempatan itu, dia mengetahui keberadaan perasaanku yang mengaguminya. Sejak saat kita tau kita tak bisa sepaham rasa, saat itu pula kekeluan ini merajai setiap inginku.

Hai kamu, aku menyapamu dari hatiku. Kamu masih tetap pada keindahan itu, keindahan tak terdeskripsi. Aku kembali menyimpan sapa ini, semoga tersampaikan sapaku walau hanya lewat hatiku.

2 komentar:

3 adalah aku

Februari 01, 2015 Dian Ratna Sari 0 Comments

Cinta ini adalah 3, angka 3. Hari itu tanggal 3, bulan 3 Tuhan menghadirkan ku ke dunia melalui rahim Mama. Aku tak pernah benar mengingat saat-saat pertama itu, yang biasa orang ceritakan hanya, banyak hal berkesan saat pertama kali Mama menjadi Ibu.

Mama masih mengingat dan seringkali menceritakan tentangku saat kecil. Betapa ia masih menyimpan memori itu dengan baik, tentang perasaannya saat melewati kenangan manis dan pahit dalam perjalanannya merawatku.

Sejak tanggal 3 pertamaku banyak juga hal yang sudah aku lewati, hingga saat ini aku masih meraba apa yang sedang Tuhan ingin tunjukkan padaku. Aku sedang meraba apa yang sedang menjadi tujuanku. Aku mencoba menggunakan hariku dengan baik, ya ... setidaknya aku mencoba.

Aku mencintai 3, karna 3 bagian dariku, dan karena mama mencintaiku sejak 3.

0 komentar: